Jurnal Pelopor — Militer Israel akhirnya mengakui bahwa pasukannya telah melakukan kesalahan serius dalam serangan yang menewaskan 15 petugas darurat Palestina di Gaza selatan. Insiden ini terjadi saat konvoi medis sedang menuju lokasi krisis di dekat Rafah.
Petugas Medis Jadi Korban
Konvoi yang terdiri dari ambulans Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), kendaraan milik PBB, dan truk pemadam kebakaran dari Pertahanan Sipil Gaza diserang oleh pasukan Israel saat mendekati lokasi bantuan. Para petugas sedang merespons panggilan darurat untuk menyelamatkan korban luka, namun mereka justru menjadi korban.
Video Bukti Ungkap Fakta
Israel awalnya mengklaim bahwa konvoi tersebut mendekat secara “mencurigakan” dalam kondisi gelap tanpa lampu. Namun, video dari ponsel salah satu paramedis yang tewas, Refat Radwan, membuktikan sebaliknya. Dalam video berdurasi lebih dari lima menit itu, terlihat kendaraan menyala terang dan petugas mengenakan rompi reflektif. Video tersebut pertama kali dipublikasikan oleh New York Times.
IDF Mengakui Kesalahan
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akhirnya mengakui bahwa klaim awal mereka tidak akurat. Mereka menyebut bahwa informasi soal kendaraan tanpa lampu berasal dari laporan keliru prajurit di lapangan. IDF juga menyebut enam korban “terkait dengan Hamas,” namun tidak memberikan bukti, dan menegaskan para petugas tidak bersenjata saat kejadian.
Jenazah Dikubur di Pasir
IDF menyatakan bahwa setelah serangan, mereka mengubur jasad para korban di bawah pasir untuk “melindungi dari binatang liar” dan membersihkan jalan dari bangkai kendaraan. Kendaraan dan jasad baru ditemukan seminggu kemudian oleh tim bantuan internasional yang berhasil mengakses lokasi dan menemukan ponsel Refat Radwan beserta video bukti.
Tuntutan Investigasi Independen
Seruan untuk penyelidikan independen pun muncul dari Bulan Sabit Merah Palestina, PBB, dan sejumlah organisasi internasional. Mereka menyatakan serangan terhadap tenaga medis sebagai pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional. IDF menyebut sedang melakukan “pemeriksaan menyeluruh” untuk memahami kronologi dan penanganan kejadian.
Latar Belakang Konflik
Serangan ini terjadi setelah Israel melanjutkan operasi militer di Gaza sejak 18 Maret 2025, menyusul gagalnya fase kedua gencatan senjata. Sejak itu, lebih dari 1.200 orang di laporkan tewas. Sementara itu, total korban jiwa di Gaza sejak perang di mulai pada 7 Oktober 2023 telah melampaui 50.600 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Seruan Kemanusiaan
Salah satu paramedis yang selamat membantah keras tuduhan keterkaitan rekan-rekannya dengan kelompok bersenjata.
“Kami datang membawa pertolongan, bukan ancaman,” katanya.
PRCS pun menegaskan bahwa tenaga medis harus di hormati dan di lindungi dalam situasi perang sekalipun.
“Ini merupakan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional,” ujar juru bicara PRCS.
“Petugas medis tidak boleh menjadi sasaran. Keberanian mereka dalam menyelamatkan nyawa harus dihormati, bukan dibalas dengan kekerasan.”
Sumber: BBC News
Baca Juga:
Dampak Perang Dagang Trump: Indonesia Kena Tarif 32%!
Evandra Pahlawan! Timnas U-17 kalahkan Korea Selatan
Saksikan berita lainnya:
Komentar Terbaru