Bojonegoro, 4 September 2024 — Bojonegoro saat ini berada dalam situasi darurat akibat krisis kekeringan dan kualitas udara yang memburuk. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa wilayah ini mengalami kekeringan meteorologis dengan intensitas yang tinggi. Kekeringan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh fenomena El Niño yang memperpanjang musim kemarau dan menurunkan curah hujan di wilayah ini. Sejak 1.440 jam terakhir atau setara dengan 60 hari, Bojonegoro tidak diguyur hujan sama sekali, menyebabkan suplai air bersih meningkat drastis hingga mencapai 2 juta liter. Kekeringan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga dasarian (istilah rentang waktu selama 10 hari) pertama Oktober 2024, menurut data dari BMKG.
Pada saat yang sama, kualitas udara di Bojonegoro juga sangat mengkhawatirkan. Tingkat partikel PM2.5 di udara telah mencapai 7,2 kali lipat di atas ambang batas yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mengancam kesehatan warga, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Suhu maksimum di Bojonegoro pun mencapai 36,2°C pada tanggal 2 hingga 3 September, menjadikannya wilayah terpanas di Jawa Timur .
Peningkatan suhu ekstrem ini disebabkan oleh kombinasi dari gerak semu matahari, efek urban heat, dan perubahan iklim. Dengan kondisi ini, masyarakat diimbau untuk menghemat penggunaan air dan membatasi aktivitas di luar ruangan guna mengurangi risiko kesehatan akibat paparan udara yang buruk.
Referensi:
- BMKG Klimatologi Jawa Timur https://staklim-jatim.bmkg.go.id/
- BMKG. “Waspada Kemarau! BMKG Sebut Indonesia Berpotensi Alami Kekeringan Meteorologis”. https://www.bmkg.go.id