Jurnal Pelopor – Nilai tukar rupiah jeblok ke Rp17.059 per dolar AS di pasar non-deliverable forward (NDF). Ini merupakan level terlemah dalam sejarah. Namun, analis asing menenangkan publik Indonesia agar tidak panik.
Rupiah Rontok! Gara-Gara Siapa?
Menurut Hirofumi Suzuki, Chief FX Strategist SMBC, pelemahan rupiah disebabkan efek domino dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, bukan salah Bank Indonesia.
“Jangan panik. Ini bukan kesalahan bank sentral. Ini tekanan global. Situasi ini harus dipantau hati-hati,” tegas Hirofumi.
Pasar NDF Menggila, Pasar Domestik Belum Buka!
Kurs NDF (pasar luar negeri) tembus Rp17.000, jauh di atas kurs terakhir rupiah di pasar domestik sebelum libur Lebaran, yakni Rp16.555/US$ (27 Maret 2025).
Khoon Goh dari ANZ menambahkan, “Pasar domestik baru buka Selasa. Akan ada banyak penyesuaian. Waspadai gejolaknya!”
Bank Indonesia Turun Tangan
Bank Indonesia (BI) menyatakan telah mengaktifkan triple intervention untuk menjaga stabilitas rupiah. Tiga langkah tersebut:
- Intervensi pasar spot.
- Intervensi DNDF (Domestic NDF).
- Intervensi di pasar sekunder SBN.
“BI tetap siaga menjaga likuiditas valas dan stabilitas pasar,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
- 2 April 2025: AS umumkan tarif dagang baru.
- 4 April 2025: China balas dengan tarif retaliasi.
- Pasar keuangan global langsung guncang: saham jatuh, US Treasury yield turun, mata uang negara berkembang terpukul.
Kesimpulan: Jangan Panik, Tapi Tetap Waspada!
Meski kondisi ini dipicu faktor global, pengaruhnya ke ekonomi dalam negeri bisa signifikan. Rupiah melemah = harga impor naik = tekanan inflasi makin besar.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Dampak Perang Dagang Trump: Indonesia Kena Tarif 32%!
Evandra Pahlawan! Timnas U-17 kalahkan Korea Selatan
Saksikan berita lainnya:
Komentar Terbaru