Jakarta – Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya membantah pernyataan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang menyebut Presiden Prabowo Subianto batal bertemu karena demam di Mesir. Teddy menjelaskan, pembatalan tersebut disebabkan oleh urusan mendesak di Jakarta.
Pernyataan ini berbeda dengan cuitan Anwar Ibrahim di media sosial X.
“Malam tadi beliau mohon menangguhkan pertemuan untuk beberapa hari karena demam. Mendoakan agar Presiden Prabowo diberi kesembuhan sesegera mungkin sekaligus menyambung rencana pertemuan dua negara,” tulis Anwar Ibrahim di akun @anwaribrahim pada 23 Desember 2024.
Peneliti senior Dewi Fortuna Anwar menyebutkan buruknya koordinasi komunikasi Istana menjadi akar masalah. Terlalu banyak juru bicara di lingkungan Presiden Prabowo. Akibatnya, informasi jadi tidak konsisten.
“Ada pepatah ‘too many cooks spoil the broth’, terlalu banyak juru masak merusak rasa makanan,” kata Dewi ujarnya.
Dewi menyarankan agar Presiden Prabowo membagi tugas dengan jelas mengenai siapa yang mewakili presiden untuk berbicara dan dalam bidang apa. Ia mencontohkan efektivitas tim komunikasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang hanya menunjuk dua juru bicara, masing-masing untuk urusan dalam negeri dan luar negeri.
Dewi menilai pembatalan pertemuan tidak akan memengaruhi hubungan Prabowo dan Anwar.
Kritik dari Pakar Hubungan Internasional
Dosen Universitas Gadjah Mada, Dafri Agussalim, menyebut koordinasi komunikasi publik Istana masih bermasalah. Ia menyoroti peristiwa lain, seperti insiden Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meninggalkan ruangan saat Prabowo berpidato di KTT D-8.
“Jadi, menurut saya, memang ada masalah ini dalam lingkaran Presiden ini. Terutama di tim komunikasinya,” kata Dafri.
Sementara itu, Lina Alexandra Kepala Departemen Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies, menilai pembatalan pertemuan dengan Anwar Ibrahim menjadi sinyal buruk jika tidak segera dijadwalkan ulang.
“Yang sebetulnya harus dijelaskan adalah bukan sekadar membantah, melainkan juga apakah kemudian ada rencana lanjutan,” tuturnya.
Rekomendasi untuk Tim Komunikasi Istana
Mantan juru bicara Presiden SBY, Dino Patti Djalal, menilai komunikasi kepresidenan saat ini tidak efektif.
“Dan kantor presiden, jubir kantor presiden, harus lebih komunikatif, terbuka, dan profesional,” kata Dino.
Dino, yang pernah menjabat sebagai juru bicara presiden pada 2004-2010, mengkritik tim komunikasi presiden karena belum menyampaikan informasi terkait kegiatan internasional. Ia menekankan bahwa Presiden Prabowo perlu menunjuk staf khusus hubungan internasional. Sebagai mantan Wakil Menteri Luar Negeri, Dino juga mencatat bahwa pemerintahan Joko Widodo tidak pernah mengisi posisi staf khusus hubungan internasional, dan kekurangan ini terus berlanjut di era pemerintahan Prabowo.
“Padahal ini mutlak karena semua pemimpin di G20 punya staf khusus hubungan internasional. Kalau menurut saya, ini mutlak perlu,” ujarnya. “Coba cek semua negara G20 pasti presiden atau perdana menterinya punya foreign policy advisor atau staf khusus hubungan internasional.”
Penjadwalan Ulang Pertemuan Prabowo-Anwar
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyatakan bahwa pemerintah sedang merencanakan jadwal pertemuan ulang antara Prabowo dan Anwar.
“Kami sedang mencocokkan waktu yang tepat. Ada kemungkinan Januari,” kata Prasetyo.
Ia juga menyebut Kantor Komunikasi Presiden (PCO) sebagai pihak yang dapat menjadi juru bicara resmi Presiden Prabowo.
Meski demikian, Istana perlu segera memperbaiki koordinasi komunikasi untuk mencegah simpang-siur informasi yang berpotensi merusak citra kepresidenan.
Sumber: Laman resmi Tempo.com
Komentar Terbaru