Bojonegoro memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu daerah paling sejahtera di Jawa Timur. Namun, data yang ada menunjukkan sejumlah tantangan serius yang harus dihadapi oleh pasangan Bupati Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah, yang baru ditetapkan pada Kamis, 9 Januari 2025 di Hotel Eastern Bojonegoro.
Dengan SiLPA yang terus meningkat hingga Rp 3,7 triliun pada 2024, ada ironi yang tidak dapat diabaikan. Di satu sisi, Bojonegoro memiliki kapasitas fiskal yang besar, tetapi di sisi lain masih menghadapi berbagai masalah mendasar seperti kemiskinan, lambatnya pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), ketimpangan gender, ketertinggalan infrastruktur, dan potensi ekonomi lokal yang belum tergarap maksimal.
Mampukah Wahono-Nurul menjawab kepercayaan masyarakat dan membawa Bojonegoro menuju visi kemajuan dan kemakmuran?
Tantangan Utama
- Mengatasi Kemiskinan
Kemiskinan yang masih berada di angka 11,69% pada 2024 adalah PR besar bagi Wahono-Nurul. Mereka harus memastikan bahwa pengalokasian anggaran yang besar untuk program pengentasan kemiskinan harus tepat dan efektif. Seperti bantuan sosial berbasis data (Regsosek), pelatihan keterampilan, dan dukungan bagi petani untuk meningkatkan produktivitas. - Meningkatkan IPM
Dengan IPM yang tumbuh lambat di angka 71,80 pada 2023, Bojonegoro masih tertinggal dari rata-rata nasional. Fokus pada pendidikan dan kesehatan harus menjadi prioritas utama. Penyediaan sekolah di daerah terpencil, akses layanan kesehatan yang lebih baik, dan investasi pada teknologi pendidikan dan kesehatan adalah langkah yang tidak bisa ditawar. - Menjawab Ketimpangan Gender
Ketimpangan partisipasi perempuan dalam dunia kerja dan pendidikan menjadi tantangan strategis. Wahono-Nurul perlu memastikan program pemberdayaan perempuan berjalan efektif. Pelatihan kewirausahaan dan peningkatan akses perempuan terhadap pendidikan tinggi adalah langkah nyata yang untuk mengatasi masalah ini. - Meningkatkan Infrastruktur
Infrastruktur adalah kunci utama dalam mendukung konektivitas wilayah dan ekonomi lokal. Dengan 18% jalan pedesaan yang masih rusak dan 12 desa yang belum memiliki listrik stabil, Wahono-Nurul harus mempercepat proyek-proyek infrastruktur strategis, seperti perbaikan jalan, elektrifikasi penuh, dan pembangunan fasilitas publik lainnya. - Mendorong Potensi Ekonomi Lokal
Sektor UMKM menunjukkan pertumbuhan, tetapi masih jauh dari potensi maksimal. Wahono-Nurul perlu memperkuat ekosistem UMKM melalui akses permodalan, digitalisasi, dan pembentukan pasar lokal yang berbasis komunitas. Penguatan sektor ini akan mengurangi ketergantungan Bojonegoro pada sektor migas.
Harapan dan Peluang
Ekspektasi tinggi masyarakat menjadi tantangan sendiri bagi Wahono-Nurul. Dengan anggaran yang besar dan SiLPA yang terus meningkat, mereka memiliki peluang untuk mewujudkan transformasi Bojonegoro menjadi kabupaten yang maju dan makmur.
Kepemimpinan Visioner: Mereka perlu memiliki visi yang jelas untuk menjawab kebutuhan masyarakat secara strategis.
Kolaborasi Antarinstansi: Wahono-Nurul harus mendorong koordinasi yang lebih baik antarinstansi untuk memastikan serapan anggaran yang optimal.
Transparansi dan Akuntabilitas: Masyarakat akan menuntut transparansi dalam pengelolaan anggaran dan evaluasi pembangunan.
Penilaian kesuksesan Wahono-Nurul tidak hanya dari angka statistik, tetapi juga dari sejauh mana mereka mampu menghadirkan perubahan nyata untuk masyarakat. Jika mereka mampu menjawab tantangan ini dengan baik, Bojonegoro tidak hanya akan menjadi kabupaten yang maju, tetapi juga menjadi model pembangunan daerah yang berkeadilan di Indonesia.
Kesimpulan
PR besar menanti Wahono-Nurul. Namun, dengan kepemimpinan yang tepat, keberanian untuk mengambil keputusan strategis, dan pemanfaatan potensi fiskal yang ada, mereka memiliki semua untuk membawa Bojonegoro menjadi kabupaten yang benar-benar maju dan makmur. Pertanyaannya kini: mampukah mereka menjawab kepercayaan masyarakat dengan aksi nyata? Waktu akan membuktikan.
Komentar Terbaru