Setiap malam, kita tenggelam dalam dunia mimpi. Tapi apa sebenarnya yang terjadi di otak kita selama itu? Mengapa kita bermimpi, dan apakah ada manfaatnya bagi kesehatan mental?
Saat kita tidur, otak tidak sepenuhnya berhenti bekerja. Justru sebaliknya, otak sangat aktif, terutama selama fase yang disebut Rapid Eye Movement (Tahap tidur di mana mata bergerak cepat ke berbagai arah di balik kelopak mata yang tertutup). Di fase ini, sistem limbik bagian otak yang mengatur emosi bekerja keras, menyebabkan mimpi sering kali penuh dengan perasaan kuat, seperti bahagia, cemas, atau takut. Namun, karena korteks prefrontal (Bagian otak yang berada di bagian depan lobus frontal) yang mengatur logika kurang aktif, mimpi sering terasa aneh atau tidak masuk akal.
Ada beberapa teori tentang mengapa kita bermimpi. Salah satunya menyebutkan bahwa mimpi membantu kita memproses emosi dari kejadian sehari-hari. Selain itu, mimpi juga dipercaya memperkuat ingatan, membantu kita menyaring informasi penting. Teori lain bahkan mengatakan bahwa mimpi adalah simulasi ancaman sebuah latihan mental untuk menghadapi situasi berbahaya.
Tokoh psikoanalisis terkenal, Sigmund Freud, menganggap mimpi sebagai jendela menuju alam bawah sadar. Menurutnya, mimpi mencerminkan keinginan tersembunyi dan konflik batin yang mungkin tidak kita sadari saat terjaga.
Terlepas dari teorinya, mimpi memiliki peran penting bagi kesehatan mental. Tidur yang cukup terutama fase REM, dapat mengurangi stres, memperbaiki suasana hati, dan membantu kita mengatasi tekanan emosional. Mimpi mungkin tampak aneh, tetapi mereka adalah mekanisme alami otak untuk menjaga keseimbangan emosi kita.
Referensi Buku
- Walker, Matthew. Why We Sleep: Unlocking the Power of Sleep and Dreams. 2017.
- Freud, Sigmund. The Interpretation of Dreams.1899.
- D. Cartwright, Rosalind. The Twenty-four Hour Mind: The Role of Sleep and Dreaming in Our Emotional Lives. 2010.
- Rock, Andrea. The Mind at Night: The New Science of How and Why We Dream. 2004.