Bojonegoro, Jawa Timur – Pemerintah pusat terus menggenjot upaya menciptakan ketahanan energi nasional dengan menggulirkan proyek ambisius berupa pembangunan pabrik etanol dan metanol di Kabupaten Bojonegoro. Dengan investasi senilai Rp 19 triliun atau sekitar USD 1,2 miliar, proyek ini menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar fosil, khususnya solar.
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa industri ini dirancang untuk mendukung transisi menuju energi terbarukan sekaligus menekan pengeluaran negara akibat impor solar yang saat ini masih memenuhi 80% kebutuhan domestik.
Transformasi Energi Menuju Masa Depan Ramah Lingkungan
Pabrik ini akan memanfaatkan teknologi modern untuk mengolah bahan baku lokal menjadi bioetanol dan metanol sebagai bahan bakar substitusi. Selain mendukung pengurangan ketergantungan impor, proyek ini bertujuan mendorong pemanfaatan energi yang lebih ramah lingkungan, sejalan dengan target pemerintah mencapai net zero emission pada 2060.
Menurut Bahlil, manfaat proyek ini tidak hanya terasa di skala nasional tetapi juga lokal. Pabrik ini diproyeksikan membuka ribuan lapangan kerja baru, menggerakkan perekonomian masyarakat setempat, dan meningkatkan kesejahteraan warga di sekitar lokasi pembangunan.
Bojonegoro: Lokasi Strategis dengan Potensi Besar
Bojonegoro dipilih sebagai lokasi strategis berkat potensi sumber daya alamnya yang melimpah serta dukungan infrastruktur yang memadai. Kabupaten ini terkenal dengan hasil pertaniannya, yang akan menjadi bahan baku utama produksi bioetanol.
Meskipun lokasi persis pabrik belum diumumkan, pemerintah memastikan pengembangan ini akan terintegrasi dengan kebutuhan lokal dan mendukung visi pembangunan berkelanjutan.
Dukungan Pemerintah dan Kebijakan Insentif
Proyek ini merupakan bagian dari Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), yang menekankan pentingnya pengembangan energi terbarukan. Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan percepatan pengembangan bioetanol sebagai bahan bakar campuran, melanjutkan keberhasilan program B30 berbasis biodiesel.
Pemerintah juga tengah menyiapkan kebijakan pendukung seperti insentif investasi, regulasi teknis, hingga kemudahan akses teknologi bagi investor. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan regulasi yang disiapkan akan mempermudah implementasi proyek sekaligus memberikan kepastian hukum bagi pelaku industri.
Masa Depan Energi Indonesia
Dalam jangka panjang, pabrik ini diharapkan mampu menghasilkan bioetanol dalam jumlah besar untuk kebutuhan domestik sekaligus membuka peluang ekspor. Selain mengurangi ketergantungan impor solar, keberadaan pabrik ini juga diyakini akan memangkas emisi karbon secara signifikan, mendukung Indonesia mencapai target energi berkelanjutan.
Dengan nilai investasi besar dan manfaat strategis yang ditawarkan, pembangunan pabrik etanol dan metanol di Bojonegoro tidak hanya menjadi simbol kemajuan teknologi energi nasional tetapi juga tonggak baru menuju kemandirian energi dan ekonomi yang berdaya saing global.