Penulis: Dian Purwitasari Dewanti
Mahasiswa S3 Prodi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkugan, IPB; Perekayasa Muda, Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih, BRIN.
Sampah adalah berkah, bukan sumber masalah. Tentu pernyataan itu akan benar ketika kita sebagai individu yang menghasilkan sampah, memiliki kedisiplinan dan kesadaran dalam mengelolanya dengan benar. Sampah yang bisa terpilah dengan baik sejak dari sumbernya akan mempermudah bagaimana sampah itu dikelola nantinya.
Karena lebih dari 30% sampah perkotaan bersumber dari rumah tangga, maka kesadaran dan kedisipliinan kita mengelola sampah di rumah menjadi sangat penting. Contoh sederhana adalah ketika kita memasak di dapur, sampah sisa makanan kita yang berupa bahan organik, bisa kita manfaatkan untuk pupuk organik, baik cair maupun padat yang bisa menyuburkan pohon, tanaman hias, atau sayur di sekitar rumah. Atau jika ditekuni, bisa menghasikan pupuk yang dapat dijual dan mendapat cuan. Kemasan makanan, minuman, bumbu-bumbu, atau jajan dari plastik berjenis polietilen dan polipropilen bisa dikumpulkan tersendiri untuk ditukar ke bank sampah dan mendapat cuan. Demikian juga, kaleng dari logam dan kaca juga masih bisa ditukar dengan nilai rupiah tertentu di bank sampah. Dapat cuan lagi. Kertas bekas, kardus, dan kemasan lain dari kertas bisa dikumpulkan tersendiri karena bisa ditukar dengan cuan. Jika kita disiplin memilahnya, hanya akan tersisa sedikit saja sampah yang sama sekali tidak bernilai cuan. Cuan demi cuan akan terkumpul dan itulah salah satu berkah dari sampah. Sepertiga permasalahan sampah perkotaan pun akan terselesaikan.
Keberhasilan pemilahan sampah di rumah akan mengurangi produksi air lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena air lindi bersumber dari sampah-sampah organik terutama sisa makanan yang membusuk. Sehingga, pencemaran sumber air di pemukiman sekitar TPA bisa dikurangi dan kualitas air bersih akan terjaga. Selain itu, kebiasaan membakar sampah akan bisa dikurangi karena sayang sekali jika cuan dibakar. Dampak positifnya pencemaran udara dari pembakaran sampah bisa berkurang yang otomatis akan mengurangi resiko timbulnya penyakit-penyakit pernafasan.
Banyak TPA di kota-kota besar yang saat ini sudah dalam keadaan darurat karena penuh dan terancam tutup dalam beberapa tahun ke depan. Kedisiplinan memilah sampah diharapkan juga akan membantu pemerintah setempat dalam mengelola sampah yang masuk ke TPA dan memperpanjang usia TPA tersebut. Teknologi pengolahan sampah seperti insinerasi, gasifikasi, atau yang lain juga akan lebih mudah diaplikasikan jika sampah sudah terpilah.
Kebiasaan dan kedisiplinan kita memilah sampah dari rumah inilah yang sangat dibutuhkan untuk mewujudkan sampah menjadi berkah bukan sumber masalah.