Peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) adalah salah satu ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup makhluk hidup dan perekonomian global. GRK dihasilkan oleh aktivitas manusia yang menyebabkan efek rumah kaca di atmosfer dan mengarah pada pemanasan global. Pada tahun 2015, Indonesia menetapkan target pengurangan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2020, dengan potensi peningkatan hingga 41% pada tahun 2030, yang sesuai dengan komitmen dalam Perjanjian Paris (Paris Agreement) yang disepakati pada COP ke-21. Target ini terus diperbarui, dengan komitmen terbaru dalam Enhanced National Determined Contribution (Enhanced NDC) yang menargetkan penurunan emisi sebesar 31,89% pada 2030 tanpa bantuan internasional, dan 43,20% dengan dukungan internasional (KLHK, 2022).
Urbanisasi dan Dampak GRK di Kawasan Perkotaan
Percepatan urbanisasi di Indonesia menjadi penyumbang signifikan terhadap peningkatan GRK. Dalam lima dekade terakhir, urbanisasi telah mendorong banyak orang untuk pindah ke kota-kota besar demi peluang pekerjaan dan fasilitas yang lebih baik. Laju urbanisasi yang tinggi menyebabkan kawasan perkotaan, terutama Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek), menjadi kontributor utama emisi GRK, terutama dari sektor transportasi, energi, dan pengelolaan sampah. Pusat-pusat kota setidaknya menyumbang sepertiga dari emisi GRK antropogenik global.
Peningkatan konsentrasi GRK di kawasan perkotaan tidak hanya menyebabkan pencemaran udara, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan masyarakat. Kondisi ini dapat menurunkan produktivitas sosial dan ekonomi, terutama di kota-kota yang memiliki basis ekonomi berbasis produksi dan jasa. Penurunan produktivitas dapat memperburuk ketimpangan ekonomi dan menambah beban biaya kesehatan, yang pada gilirannya mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan.
Inisiatif Komunitas Lingkungan untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Salah satu langkah penting dalam pengurangan emisi GRK di kawasan perkotaan adalah partisipasi masyarakat yang terbentuk dalam komunitas lingkungan. Komunitas lingkungan merupakan unit sosial yang mengikat orang bersama, menumbuhkan nilai-nilai bersama dan tindakan kolektif menuju perlindungan lingkungan. Komunitas lingkungan berperan penting dalam mendukung mitigasi perubahan iklim karena inisiatif yang dilakukan oleh komunitas ini berbasis pada perilaku pro-lingkungan dan kesadaran sosial. Anggota komunitas yang terlibat dalam program lingkungan seringkali menunjukkan perilaku yang lebih ramah lingkungan dan memiliki dorongan emosional serta kepekaan sosial yang tinggi.
Pengalaman lapangan dan pembelajaran yang terus berkembang semakin memperkuat komitmen mereka untuk mengelola sumber daya alam dengan lebih baik.
Tantangan dalam Tata Kelola Komunitas Lingkungan
Tantangan yang dihadapi oleh komunitas lingkungan yang tumbuh sebagai inisiatif di masyarakat adalah tata kelola yang masih bersifat parsial dan terfragmentasi. Hal ini mengakibatkan minimnya sinergi antara berbagai komunitas dan pemangku kepentingan dalam mencapai target pengurangan emisi GRK. Keberhasilan implementasi target pengurangan emisi GRK Nmemerlukan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Di sisi lain, untuk mendukung pengurangan emisi GRK yang lebih efektif, diperlukan strategi tata kelola yang dapat menghubungkan antara aksi komunitas lingkungan dan pencapaian target nasional di tingkat global. Strategi ini harus memperkuat sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta sektor swasta dalam rangka mendorong kontribusi bersama dalam mitigasi perubahan iklim.
Membangun Sinergi dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
Penyusunan strategi tata kelola komunitas lingkungan akan memperkuat sinergi antara komunitas lingkungan dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal pengelolaan sampah, penggunaan energi, dan peningkatan tutupan vegetasi. Dengan tata kelola yang baik, aksiaksi mitigasi perubahan iklim oleh komunitas lingkungan diharapkan dapat tercatat dalam Sistem Registri Nasional Perubahan Iklim (SRN-PI) sehingga dapat mendukung pencapaian target NDC Indonesia. Kolaborasi yang efektif antara berbagai aktor juga dapat meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.