Jurnal Pelopor – Di tengah mahalnya biaya pernikahan di Korea Selatan, tren pernikahan DIY (do-it-yourself) semakin diminati oleh generasi muda. Banyak pasangan kini memilih untuk merancang sendiri pernikahan mereka tanpa melibatkan jasa wedding organizer (WO) yang mahal. Langkah ini dianggap lebih ramah bujet dibandingkan konsep konvensional yang dapat menghabiskan lebih dari Rp4,2 miliar.
Meninggalkan Konsep Studio-Dress-Makeup
Selama bertahun-tahun, pasangan yang akan menikah di Korea mengikuti konsep studio-dress-makeup, yaitu paket yang mencakup pemotretan pranikah, sewa gaun pengantin, dan riasan profesional. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan penghematan, lebih banyak calon pengantin memilih mengatur sendiri pakaian, aksesori, dan dekorasi pernikahan mereka.
Data dari platform belanja daring 29CM menunjukkan bahwa pencarian terkait mode pernikahan murah melonjak lebih dari dua kali lipat pada Maret 2025 di bandingkan tahun sebelumnya. Penjualan gaun dan blus, yang sering di gunakan sebagai alternatif gaun pengantin untuk pemotretan, masing-masing meningkat 20% dan 30%.
“Inflasi Pernikahan” Memicu Perubahan Tren
Salah satu faktor utama yang mendorong tren pernikahan DIY adalah meningkatnya biaya pernikahan di Korea, yang memunculkan istilah “inflasi pernikahan”. Dengan biaya rata-rata menikah mencapai 361,73 juta won (sekitar Rp4,1 miliar) dalam dua tahun terakhir, banyak pasangan lebih memilih untuk membeli atau menyewa gaun lebih terjangkau di bandingkan yang di tawarkan oleh merek desainer kelas atas.
Tren ini juga tercermin dari meningkatnya popularitas gaun DIY dan pakaian pesta di platform mode seperti Ably dan AliExpress. Selain itu, calon pengantin kini lebih sering membeli aksesori seperti sepatu, kerudung, dan buket bunga secara mandiri untuk menghemat biaya.
Pemerintah Mulai Menyelidiki Harga Pernikahan
Pemerintah Korea Selatan akan survei tempat dan agen pernikahan untuk transparansi harga akibat tingginya biaya pernikahan. Badan Konsumen Korea akan survei 711 tempat dan 1.500 perusahaan pernikahan dari April hingga Desember 2025.
Meski biaya pernikahan terus meningkat, ada kabar baik dari sektor demografi. Angka kelahiran di Korea Selatan naik untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun pada 2024, di dorong oleh peningkatan jumlah pernikahan. Hal ini memberikan harapan bahwa tren pernikahan DIY tidak hanya menjadi solusi hemat biaya, tetapi juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan angka pernikahan di negara tersebut.
Sumber: Liputan6
Baca Juga:
Dampak Perang Dagang Trump: Indonesia Kena Tarif 32%!
Pendakian Gunung Gede Pangrango Ditutup Sementara!
Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?
Komentar Terbaru